Bermain Layangan
Waktu masih kecil saya suka bermain layangan. Saya biasa menaikkan layangan di lapangan dekat rumah. Saking seringnya bermain layangan kulit pun menjadi hitam legam dan kumel.
Bermain layangan itu punya banyak nilai yang bisa dipelajari. Nilai BERKOMUNITAS, misalnya. Keseruan bermain layangan justru ketika bermain layangan bersama teman teman. Bermain layangan sendirian itu membosankan. Tidak seru! Aneh rasanya bermain sendirian di lapangan.
Anak anak tahu akan prinsip komunitas tersebut. Bermain bersama dengan yang lain lebih seru daripada bermain sendirian. Karena itu, waktu yang paling baik bermain layangan adalah menjelang sore, karena itulah waktu komunitas, di mana ada banyak anak anak berkumpul dan bermain bersama. Ketika waktu itu tiba, tanpa dikomando kami semua segera berkumpul ke lapangan. Inilah hebatnya kesadaran alami akan berkomunitas yang tumbuh pada kami di masa kanak kanak. Kami bergerak, berkumpul, tanpa perlu digerakkan dan dikumpulkan.
Kami juga belajar secara alami bagaimana HIDUP DALAM PRINSIP NILAI YANG SUDAH ADA. Ada prinsip yang tidak tertulis tetapi disepakati bersama dan diajarkan kepada para pemain layangan baru. Kami tahu bahwa jika sebuah layangan memakai buntut di bawahnya, maka layangan itu jangan diganggu. Tanda buntut pada layangan menunjukkan bahwa orang tersebut hanya ingin bermain layangan saja bukan untuk mengadu layangan. Prinsip ini dipegang oleh anak anak. Ketika ada yang hendak iseng melanggar prinsip itu, maka komunitas anak anak akan mengingatkan dia untuk menghargai nilai prinsip bersama yang baik. Begitulah cara kami anak anak saling menjaga komunitas layangannya. Kebersamaan di lapangan sekalipun tetap memiliki nilai prinsip yang perlu dijaga bersama sama.
Kenangan bermain layangan itu menghubungkan pikiran saya pada gereja. Seandainya gereja adalah gambaran lapangan tempat anak anak berkomunitas, maka nilai yang dihidupi anak anak yang bermain layangan tampaknya juga baik untuk dimiliki setiap anggota jemaat. Sehingga waktu BERKOMUNITAS adalah waktu yang ditunggu oleh setiap orang dan komunitas gereja menjadi tempat setiap pribadi saling diteguhkan dan diingatkan untuk tetap hidup berpegang pada nilai nilai prinsip iman kristiani kita.
O yah, malam ini, Selasa, tanggal 21 Maret 2021, pukul 19.30 wib, di wilayah masing masing, kita ada Growing In Community, mari kita kumpul “main layangan” bersama.
(Bersambung)
Pdt. Rinto Tampubolon