Selamat Datang di GKI Taman Aries Website

Follow Us:

KONTAK SEKRETARIAT

Far far away, behind the word moun tains, far from the countries Consonantia, there live the blind texts.

759 Pinewood Avenue

Marquette, Michigan

info@domain.com

Online Support

906-624-2565

Mon-Fri 8am-5pm

Get Subscribed!

    Mujizat Persahabatan

    Comment 0

    Sebagai murid Sekolah Minggu saya terkagum-kagum mendengar cerita tentang orang lumpuh yang diturunkan dari atap untuk disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Bukan! Yang saya kagumi bukanlah bagaimana ia disembuhkan, melainkan bagaimana ia dibawa ke tempat itu. Ia digotong oleh empat orang kawannya. Pasti berat menggotongnya. Rumahnya mungkin jauh dari tempat itu. Lalu ternyata tempat itu sudah dipenuhi banyak orang sehingga tidak ada lagi jalan masuk. Untunglah keempat kawannya mempunyai akal. Mereka menggotong dia naik ke atap. Kemudian mereka mengikat tilam pembaringan orang lumpuh itu dengan empat utas tali. Sesudah itu mereka membuka atap. Lalu mereka mengulur tali itu dan menurunkan orang lumpuh itu perlahan-lahan ke lantai dasar. Pasti susah. Pasti harus berhati-hati dan seimbang. Bayangkan betapa susahnya menurunkan orang sakit yang terbaring di tilam dengan tali dari atas atap rumah. Apa jadinya kalau salah satu utas tali itu terlalu cepat turunnya, pasti tilam itu miring dan orang itu jatuh. Atau apa jadinya kalau salah satu utas tali itu tiba-tiba putus. Tetapi ternyata mereka berhasil. Hebat sekali. Bukan main cakapnya para sahabat orang lumpuh itu. Hebat!

    Tetapi sekarang baiklah kita lihat dulu apa yang tertulis di Markus 2:1-12 tentang kejadian ini. Markus mencatat bahwa pada saat itu Tuhan Yesus sedang “memberitakan firman” (2:2), sebuah ungkapan yang sinonim dengan mengajar. Kegiatan mengajar oleh Markus jelas-jelas dibedakan dari kegiatan menyembuhkan. Di pasal sebelumnya yaitu 1:34, dicatat bahwa Yesus sedang menyembuhkan. Lalu di 1:38, Yesus menolak bertemu dengan orang-orang yang minta penyembuhan karena Yesus mau mengajar. Kemudian di pasal 9:30-31, Yesus tidak mau diganggu ketika Ia sedang mengajar.

    Kembali ke cerita kita. Di sini jelas bahwa Yesus sedang mengajar. Di tengah kegiatan mengajar itulah tiba-tiba terjadi gangguan yang mengejutkan. Secara tiba-tiba ada tilam diturunkan dengan tali dari atas atap. Di tilam itu terbaring seorang lumpuh. Langsung semua orang menoleh ke situ. Mereka tidak lagi memperhatikan Yesus. Pengajaran Yesus terputus dan terganggu.

    Lalu apa reaksi Tuhan Yesus? Ternyata Ia bisa menerima gangguan itu. Ia terkesima pada apa yang terjadi. Lalu Ia memberikan pujian tentang iman. Iman siapakah yang dipuji? Markus mencatat, “Ketika Yesus melihat iman mereka …” (2:5). Perhatikan bentuk jamak kata mereka. Yesus memuji iman mereka. Siapakah mereka dalam konteks ini? Itulah kawan-kawan orang lumpuh itu. Yesus menilai perbuatan mereka sebagai perbuatan imani. Yesus menyamakan perbuatan itu sebagai iman.

    Sungguh menarik bahwa perhatian Yesus tertuju pada kawan-kawan itu. Mereka masih ada di atas atap. Mereka tidak bisa turun. Mereka menatap dan menunggu di atas. Rupanya Yesus juga langsung melihat ke atas. Yesus bisa melihat mereka. Mungkin Yesus memperhatikan wajah keempat orang itu. Mereka mungkin tampak agak takut, sebab mereka tahu bahwa mereka mengganggu Yesus yang sedang mengajar. Namun di wajah mereka juga tampak dambaan untuk belas kasih agar kawan mereka yang lumpuh itu bisa disembuhkan. Yesus menatap wajah mereka. Lalu Yesus melihat ke bawah dan menatap wajah orang lumpuh itu yang tampak cemas harap-harap dalam ketidakberdayaannya.

    Sungguh beruntung orang itu. Ia mempunyai kawan-kawan. Mereka itulah yang menggotong dia. Mereka memberi semangat dan pengharapan. Hidup terasa bermakna lagi. Tanpa kawan-kawan ini, orang lumpuh itu hanya terkulai seorang diri di rumah. Sungguh baik hati sahabat-sahabat itu.

    Itulah indahnya sikap bersahabat. Bersikap sebagai sahabat adalah karunia tersendiri. Seorang sahabat adalah dia yang menerima kita sebagaimana adanya. Ia menyelami kelemahan kita dan rela menolong kelemahan kita; sekaligus ia mengagumi keunggulan kita dan mau memetik pelajaran dari keunggulan itu. Hanya orang yang berjiwa besar bisa bersikap bersahabat. Ia bersih dari iri dan dengki. Ia sama sekali tidak punya pikiran untuk menjegal dan menjatuhkan kita. Ia beritikad baik. Yang diinginkannya terjadi pada kita adalah hal yang terbaik untuk kepentingan kita.

    Kualitas bersahabat seperti itu tidak terdapat pada tiap teman. Kita bisa mempunyai 100 teman, namun teman yang sejati bisa dihitung dengan jari. Sampai puluhan tahun kemudian sahabat sejati seperti itu kita kenang dengan rasa berterima kasih.

    Saya mengenang beberapa sahabat dari masa kecil dengan cara mengambil alih nama mereka. Pertama, ketika Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag menawarkan kemungkinan berganti nama, saya mengubah nama Hong An menjadi Andar, yaitu nama seorang sahabat masa lalu. Kedua, ketika putri kami lahir, kami namai dia Atikah, juga nama seorang sahabat. Demikian juga kami namai putra kami Syarif untuk mengenang seorang sahabat.

    Persahabatan itu memang indah. Hal itu pasti juga dirasakan oleh orang lumpuh dalam cerita kita. Mungkin sampai puluhan tahun kemudian ia tetap mengenang mereka yang terengah-engah menggotong dia ke atas atap. Tangan-tangan itu. Tangan-tangan yang kuat. Tangan-tangan yang berbelas kasih. Tangan-tangan para sahabat. Persahabatan memang mengagumkan. Alangkah bedanya sikap bersahabat dari sikap bermusuhan. Hidup menjadi damai oleh sikap saling bersahabat.

    Kini orang lumpuh itu sehat walafiat. Ia telah mengalami mujizat penyembuhan. Namun sebelum itu ia sudah mengalami mujizat yang lain, yaitu : mujizat … persahabatan.


    Disadur dari Buku Selamat Sejahtera, Andar Ismail. (2009-02-05)

    Categories:
    Open chat
    Shallom,
    Selamat datang di website GKI Taman Aries, kami Admin GKI TA siap melayani Bapak/Ibu/Sdr/i.
    Silakan tekan tombol Open Chat untuk melanjutkan chat via Whatsapp dengan Admin