Di desa ada seminar motivasi hidup dari tokoh terkenal. Seminarnya diberi judul “Masa Depanmu Bukan Pada Mulut Orang Lain”. Bejo, temannya Kunang, mengikuti seminar dengan antusias.
“Ingat yah, masa depanmu bukan ada pada apa kata orang lain. Jangan hentikan jalanmu hanya karena mulut orang lain. Teruslah berjalan dan raih tujuanmu”, ucap sang tokoh semangat.
Seminar pun akhirnya selesai. Bejo harus kembali ke rumahnya. Dengan semangat dia mendayung sepeda ontelnya. Di sepanjang jalan Bejo selalu mengulang-ulang kata-kata sang tokoh dalam hatinya: “Masa depanmu bukan pada mulut orang lain. Teruslah berjalan dan raih tujuanmu”.
“Bejo, mau ke mana?, tiba-tiba seorang teman memanggilnya.
“Mau pulang lewat jalur kulon”, jawab Bejo.
“Lewat wetan aja, jangan lewat kulon”.
“Saya mau lewat kulon aja”, jawab Bejo sambil ngedumel di dalam hati: “enak aja mau atur jalan orang”.
Setelah setengah kilo perjalanan, seorang bapak berteriak kepada Bejo, “Bejo, jangan lewat Kulon yah”.
“Terimakasih”, jawab Bejo. Dalam hati Bejo ngedumel kembali: “orang kok kepo amat sama hidup orang lain”.
Setelah lewat dua kilo mengayuh sepeda. Sampailah Bejo pada ujung jalan desa. Bejo harus menyeberangi sebuah jembatan kayu untuk melewati parit irigasi. Rumah Bejo hanya tinggal tiga ratus meter dari jembatan tersebut.
“Bejo, kamu mau menyeberang yah?”, terdengar suara seorang kakek yang menyapa Bejo.
“Iya kek”, sahut Bejo pendek.
“Baiknya kamu putar balik lewat jalur wetan. Jangan lewat jembatan. Kondisinya kurang bagus”.
Mendengar itu Bejo pun naik emosinya. Ini yang ketiga kali orang-orang hendak mengatur jalan hidupnya.
“Kek, saya mau lewat wetan, kidul, atau kulon, itu hak asasi saya. Kenapa kalian mau atur-atur jalan hidup saya. Ingat kek, jalan hidup saya ada pada saya bukan pada mulut orang lain”, ucap Bejo dengan tidak sopan.
Si kakek diam. Bejo segera mengayuh sepedanya melewati jembatan kayu.
“Krek”
“Byur”
“Tolong…tolong”, teriak Bejo sambil berupaya menepi. Badannya basah dan sepedanya tenggelam.
Tiba-tiba Bejo ingat wajah si tokoh terkenal. Dengan kesal dia berkata: “Ini nih akibatnya kalau ngedengerin mulut orang lain”.
Pdt. Rinto Tampubolon
Terima kasih.
Terima kasih