Perahu Dayung dan Ombak
Suatu hari saya berada di tepian laut. Saya melihat dua orang nelayan berada di atas perahunya. Ombak menggoyang perahu dan berupaya mendorongnya untuk kembali ke pantai. Dua orang nelayan dengan tenang memasukkan dayung ke dalam air dan mendorongnya ke belakang. Upaya mereka tampak seperti sia-sia, ombak terus mendorong agar mereka mundur kembali ke tepi pantai. Nelayan dengan santai terus mendayung, mendayung, dan mendayung. Mereka tahu ombak tidak akan menenggelamkan mereka karena perahu mereka kuat. Mereka tahu bahwa untuk dapat maju, mereka hanya perlu tetap berupaya mendayung dengan tenang, terukur, sabar.
Para Nelayan bukanlah penguasa ombak lautan. Mereka menyadari bahwa ombak akan selalu ada entah mereka berdoa atau tidak berdoa. Ombak akan selalu bergelombang baik mereka beribadah atau tidak beribadah. Ini adalah bentuk kesadaran diri akan realitas. Bahwa ada kenyataan atau realita dalam kehidupan ini yang harus dipahami karena begitulah adanya. Tetapi, bukan berarti mereka hanya diam saja menatap ombak dan menungguinya untuk berhenti bergelombang.
Sekali lagi, para nelayan sungguh menyadari bahwa mereka bukanlah penguasa ombak lautan. Ada yang lain, yang berkuasa atas semua hal itu, yaitu ALLAH. Mereka datang pada-Nya di dalam doa dan ibadahnya. Bukan untuk meminta Allah menghentikan ombak bergelombang. Mereka meminta agar Allah memberikan hikmat supaya mereka bisa mengatasi ombak. Allah mendengar doa mereka. Ia memberikan hikmat untuk membuat perahu dan dayung.
Apakah dapat membuat perahu dan dayung sudah cukup? Tentu tidak. Untuk dapat mendayung di atas ombak lautan mereka dibutuhkan iman dan upaya. Dibutuhkan keyakinan iman pada Allah untuk percaya bahwa perahu akan membuat mereka dapat aman mengatasi gelombang. Dibutuhkan upaya untuk berjuang mendayung perahu agar bergerak melewati gelombang demi gelombang.
Perahu membuat mereka tidak tenggelam dan upaya mendayung membuat mereka bergerak. Upaya tanpa perahu akan sia-sia melawan gelombang, perahu tanpa upaya mendayung pun hanya terdampar di tepian pantai.
Kehidupan nelayan mengingatkan saya akan firman Tuhan yang tidak asing di dengar. Firman yang berbicara tentang iman dan perbuatan. Apakah saudara juga mengingat firman itu? Cobalah renungkan firman itu beberapa waktu ke depan ini. Mungkin saudara saat ini sedang menghadapi gelombang, dan saudara sedang belajar bertumbuh mengatasi berbagai gelombang bersaama Tuhan.
Salam
Pdt. Rinto Tampubolon