Ditegur Tidak Mau, Menegur Sulit. Maunya Apa Dong!
Ditegur itu tidak enak. Bisa bikin panas telinga, hati, otak, jantung, dan lambung. Kalau kuping sudah panas, otak pun gerah, jantung berdetak ngebut, asam lambung teriak-teriak di perut. Lalu mulut siap-siap meledak mengeluarkan larva kata-kata yang panasnya dua kali lipat dari kata-kata yang diterima. Karena itu, kebanyakan orang tidak mau ditegur.
Menegur orang juga sama tidak enaknya. Emangnya mudah negur orang? Emangnya siap untuk menerima larva amarah dari orang yang ditegur? Lagian siapa kita, negur-negur orang lain. Kepo amat sih sama hidup orang lain. Orang mau celaka atau tidak itu pilihan hidupnya sendiri. Mending diam saja, jangan menghakimi hidup orang lain. Begitu kata orang banyak.
Penginnya sih begitu. Cuex aja akan hidup orang lain. Tetapi firman Tuhan bilang kita harus mengasihi sesama. Apakah kita bisa dikatakan mengasihi sesama, kalau kita tahu bahwa seseorang tersebut sedang berjalan menuju jurang dan kita diam saja? Apakah kita adalah seorang sahabat yang mengasihi sahabat kita kalau kita diam saja ketika melihat pernikahannya akan hancur karena tindakan ketisaksetiaannya pada pasangannya? Apakah kita menjadi teman yang baik ketika melihat teman kita menjauh dari ibadahnya kepada Tuhan? Apakah kita bisa dikatakan mencintai Kristus, jika kita membiarkan orang lain dan keluarga kita celaka, padahal Kristus berkorban untuk menyelamatkannya? Apakah kita bisa diam saja. Padahal firman Tuhan di Yehezkiel 33:8-9 mengatakan “kalau kamu tidak memperingatkan orang jahat tersebut supaya bertobat dari hidupnya, ia akan mati dalam kesalahannya”.
Kalau kita dikatakan mengasihi orang tersebut, apakah kita akan diam saja membiarkan dia celaka. Apakah kita sangat egois hanya memikirkan diri kita saja. Udah biarkan saja sesama kita binasa, yang penting kita tidak. Apakah sikap ini Allah benarkan?
Apabila melihat perkataan Allah kepada Yehezkiel, tampaknya hal itu bukan sikap yang dikehendaki Allah. Buktinya Dia berkata kepada Yehezkiel 33:8-9 “kalau dia tidak berkata apa-apa untuk memperingatkan orang tersebut, maka Allah akan meminta pertanggungan jawab atas nyawanya dari pada dirinya. Tetapi, kalau dia memperingatkan orang tersebut tetapi orang tersebut tidak bertobat, maka tindakan mengingatkan itu menyelamatkan hidup Yehezkiel”.
Jadi, baik menegur dan menerima teguran memiliki dasar yang sama yaitu karena kita mengasihi diri kita dan orang lain. Kita ingin diri kita dan orang lain tetap memiliki kehidupan yang dari Allah.
Sekarang, sudah siap ditegur oleh orang lain? Atau, sudah siap siap mau negur orang lain? Upss, sabar dulu, jangan buru-buru. Kita belajar dulu lagi besok yah…. ……(bersambung)
Pdt. Rinto Tampubolon.